Bagi para bobotoh dan Viking tentunya mengenal persib
sampai pada sejarahnya persib bandung tersebut, tetapi bagi anda yang
belum mengenal Sejarah Persib bisa anda baca secara detail di bawah ini,
sumber di ambil dari site id.wikipedia.org/wiki/Persib_Bandung. Selamat
membaca
Persib yang merupakan singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia
Bandung adalah salah satu tim sepak bola Indonesia yang berasal dari
Jawa Barat, khususnya wilayah Bandung. Catatan prestasi tim ini relatif
stabil di papan atas sepak bola Indonesia, sejak era Perserikatan sampai
ke Liga Indonesia masa kini.
Skuad Persib Bandung
Sejarah
Sebelum bernama Persib Bandung, di Kota Bandung berdiri Bandoeng
Inlandsche Voetbal Bond (BIVB) pada sekitar tahun 1923. BIVB ini
merupakan salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis pada masa
itu. Tercatat sebagai Ketua Umum BIVB adalah Mr. Syamsudin yang kemudian
diteruskan oleh putra pejuang wanita Dewi Sartika, yakni R. Atot.
Atot pulalah yang tercatat sebagai Komisaris Daerah Jawa Barat yang
pertama. BIVB memanfaatkan lapangan Tegallega di depan tribun pacuan
kuda. Tim BIVB ini beberapa kali mengadakan pertandingan di luar kota
seperti Yogyakarta dan Jatinegara, Jakarta.
Pada tanggal 19 April 1930, BIVB bersama dengan VIJ Jakarta, SIVB
(sekarang Persebaya), MIVB (PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB
(Persis Solo), dan PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran PSSI
dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. BIVB
dalam pertemuan tersebut diwakili oleh Mr. Syamsuddin. Setahun kemudian
kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan. BIVB berhasil
masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1933 meski kalah dari VIJ
Jakarta.
BIVB kemudian menghilang dan muncul dua perkumpulan lain yang juga
diwarnai nasionalisme Indonesia yakni Persatuan Sepak bola Indonesia
Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB). Pada tanggal 14 Maret
1933, kedua perkumpulan itu sepakat melakukan fusi dan lahirlah
perkumpulan yang bernama Persib yang kemudian memilih Anwar St.
Pamoentjak sebagai Ketua Umum. Klub-klub yang bergabung ke dalam Persib
adalah SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP,
MALTA, dan Merapi.
Persib kembali masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1934, dan
kembali kalah dari VIJ Jakarta. Dua tahun kemudian Persib kembali masuk
final dan menderita kekalahan dari Persis Solo. Baru pada tahun 1937,
Persib berhasil menjadi juara kompetisi setelah di final membalas
kekalahan atas Persis.
Di Bandung pada masa itu juga sudah berdiri perkumpulan sepak bola yang
dimotori oleh orang-orang Belanda yakni Voetbal Bond Bandung &
Omstreken (VBBO). Perkumpulan ini kerap memandang rendah Persib.
Seolah-olah Persib merupakan perkumpulan "kelas dua". VBBO sering
mengejek Persib. Maklumlah pertandingan-pertandingan yang dilangsungkan
oleh Persib ketika itu sering dilakukan di pinggiran Bandung, seperti
Tegallega dan Ciroyom. Masyarakat pun ketika itu lebih suka menyaksikan
pertandingan yang digelar VBBO. Lokasi pertandingan memang di dalam Kota
Bandung dan tentu dianggap lebih bergengsi, yaitu dua lapangan di pusat
kota, UNI dan SIDOLIG.
Persib memenangkan "perang dingin" dan menjadi perkumpulan sepak bola
satu-satunya bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya. Klub-klub yang
tadinya bernaung di bawah VBBO seperti UNI dan SIDOLIG pun bergabung
dengan Persib. Bahkan VBBO (sempat berganti menjadi PSBS sebagai suatu
strategi) kemudian menyerahkan pula lapangan yang biasa mereka
pergunakan untuk bertanding yakni Lapangan UNI, Lapangan SIDOLIG (kini
Stadion Persib), dan Lapangan SPARTA (kini Stadion Siliwangi). Situasi
ini tentu saja mengukuhkan eksistensi Persib di Bandung.
Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang, kegiatan persepak bolaan yang
dinaungi organisasi dihentikan dan organisasinya dibredel. Hal ini tidak
hanya terjadi di Bandung melainkan juga di seluruh tanah air. Dengan
sendirinya Persib mengalami masa vakum. Apalagi Pemerintah Kolonial
Jepang pun mendirikan perkumpulan baru yang menaungi kegiatan olahraga
ketika itu yakni Rengo Tai Iku Kai.
Tapi sebagai organisasi bernapaskan perjuangan, Persib tidak takluk
begitu saja pada keinginan Jepang. Memang nama Persib secara resmi
berganti dengan nama yang berbahasa Jepang tadi. Tapi semangat juang,
tujuan dan misi Persib sebagai sarana perjuangan tidak berubah
sedikitpun.
Pada masa Revolusi Fisik, setelah Indonesia merdeka, Persib kembali
menunjukkan eksistensinya. Situasi dan kondisi saat itu memaksa Persib
untuk tidak hanya eksis di Bandung. Melainkan tersebar di berbagai kota,
sehingga ada Persib di Tasikmalaya, Persib di Sumedang, dan Persib di
Yogyakarta. Pada masa itu prajurit-prajurit Siliwangi hijrah ke ibukota
perjuangan Yogyakarta.
Baru tahun 1948 Persib kembali berdiri di Bandung, kota kelahiran yang
kemudian membesarkannya. Rongrongan Belanda kembali datang, VBBO
diupayakan hidup lagi oleh Belanda (NICA) meski dengan nama yang
berbahasa Indonesia Persib sebagai bagian dari kekuatan perjuangan
nasional tentu saja dengan sekuat tenaga berusaha menggagalkan upaya
tersebut. Pada masa pendudukan NICA tersebut, Persib didirikan kembali
atas usaha antara lain, dokter Musa, Munadi, H. Alexa, Rd. Sugeng dengan
Ketua Munadi.
Perjuangan Persib rupanya berhasil, sehingga di Bandung hanya ada satu
perkumpulan sepak bola yakni Persib yang dilandasi semangat
nasionalisme. Untuk kepentingan pengelolaan organisasi, dekade 1950-an
ini pun mencatat kejadian penting. Pada periode 1953-1957 itulah Persib
mengakhiri masa pindah-pindah sekretariat. Wali Kota Bandung saat itu R.
Enoch, membangun Sekretariat Persib di Cilentah. Sebelum akhirnya atas
upaya R. Soendoro, Persib berhasil memiliki sekretariat Persib yang
sampai sekarang berada di Jalan Gurame.
Pada masa itu, reputasi Persib sebagai salah satu jawara kompetisi
perserikatan mulai dibangun. Selama kompetisi perserikatan, Persib
tercatat pernah menjadi juara sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1961,
1986, 1990, dan pada kompetisi terakhir pada tahun 1994. Selain itu
Persib berhasil menjadi tim peringkat kedua pada tahun 1950, 1959, 1966,
1983, dan 1985.
Keperkasaan tim Persib yang dikomandoi Robby Darwis pada kompetisi
perserikatan terakhir terus berlanjut dengan keberhasilan mereka
merengkuh juara Liga Indonesia pertama pada tahun 1995. Persib yang saat
itu tidak diperkuat pemain asing berhasil menembus dominasi tim tim eks
galatama yang merajai babak penyisihan dan menempatkan tujuh tim di
babak delapan besar. Persib akhirnya tampil menjadi juara setelah
mengalahkan Petrokimia Putra melalui gol yang diciptakan oleh Sutiono
Lamso pada menit ke-76.
Sayangnya setelah juara, prestasi Persib cenderung menurun. Puncaknya
terjadi saat mereka hampir saja terdegradasi ke Divisi I pada tahun
2003. Beruntung, melalui drama babak playoff, tim berkostum biru-biru
ini berhasil bertahan di Divisi Utama.
Sebagai tim yang dikenal baik, Persib juga dikenal sebagai klub yang
sering menjadi penyumbang pemain ke tim nasional baik yunior maupun
senior. Sederet nama seperti Risnandar Soendoro, Nandar Iskandar, Adeng
Hudaya, Heri Kiswanto, Ajat Sudrajat, Yusuf Bachtiar, Dadang Kurnia,
Robby Darwis, Budiman, Nur'alim, Yaris Riyadi hingga generasi Erik
Setiawan dan Eka Ramdani merupakan sebagian pemain timnas hasil binaan
Persib.Sampai saat ini Persib Bandung adalah tim Indonesia yang bisa di
bilang paling dibanggakan oleh Indonesia karena prestasi dan
kemampuannya.
Stadion dan Mess
Hingga saat ini, Persib masih menggunakan Stadion Si Jalak Harupat untuk
memainkan laga kandangnya. Setelah sebelumnya memakai Stadion
Siliwangi.
Pada Indonesian Super League 2008/2009, Persib terpaksa harus
meninggalkan Stadion Siliwangi setelah terjadi kerusuhan ketika menjamu
Persija Jakarta pada pekan kedua. Ditambah situasi politik yang sedang
memanas akibat berlangsungnya Pemilu 2009, Kepolisian Kota Bandung tidak
lagi mengeluarkan surat izin menyelenggarakan pertandingan di Stadion
Siliwangi bagi Persib. Sebagai alternatif, dipilihlah Stadion Si Jalak
Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung, sebagai "home-base" hingga akhir
musim kompetisi.
Berdasarkan permasalahan itulah Pemerintah Kota Bandung berencana
membangun Sarana Olahraga baru, termasuk stadion, di kawasan Gedebage.
Stadion itu sendiri, yang peletakan batu pertamanya dilakukan pada awal
2008, ini diproyeksikan untuk menjadi home-base Persib serta untuk
menyelenggarakan SEA Games tahun 2011 nanti. Stadion ini juga
direncanakan untuk digunakan pada Porprov Jawa Barat 2010. Saat ini,
kontrak pembangunan stadion yang rencananya akan diberi nama Stadion
Utama Sepakbola Gedebage ini telah diperoleh PT Adhi Karya Tbk dengan
nilai Rp495,945 miliar. Diperkirakan, pembangunan stadion ini akan
memakan waktu 883 hari.
Untuk lapangan latihan, Persib menggunakan Stadion Persib di Jl. Ahmad
Yani. Stadion yang dulunya dikenal dengan nama Stadion Sidolig ini
direnovasi sejak tahun lalu. Kini di stadion tersebut terdapat lapangan
latihan dengan rumput baru dan trek berlari serta di sampingnya terdapat
mess untuk tempat tinggal para pemain dan staff Persib serta untuk
kantor. Pada pertengahan bulan Juli diadakan rencana renovasi tahap
kedua, yaitu merenovasi bagian depan stadion yang sekarang ini hanya
merupakan ruko-ruko tempat menjual kaos Persib dll. Rencana ini
menimbulkan kerisauan bagi para pedagang di sekitar Stadion Persib
karena mereka tidak akan mendapat penghasilan jika diwajibkan
mengosongkan lahan bisnis mereka.
Sejak diresmikan, pernah bocor dan ambruk akibat pipa air yang bocor.
Belum lagi masalah rumput lapangan yang mengering karena terlamess
persib sudah beberapa kali mendapatkan masalah. Atap ruang VIP di mess
itu sering dipakai. Akhir-akhir ini atap mess juga bocor akibat musim
hujan, sehingga menyebabkan licinnya lantai dan terganggunya aktivitas.
Letak Stadion Persib yang berada di Jl. Ahmad Yani yang merupakan pusat
keramaian juga membuat istirahat para pemain terganggu dan mudahnya para
bobotoh untuk masuk ke dalam stadion.
Prestasi
Salah satu catatan unik dari tim ini adalah ketika menjuarai kompetisi
sepak bola Perserikatan yang untuk terakhir kalinya diadakan, yaitu pada
tahun 1993/1994. Dalam pertandingan final, Persib yang
ditulang-punggungi oleh pemain-pemain seperti Sutiono Lamso dan Robby
Darwis mengalahkan PSM Makassar. Kompetisi sepak bola Galatama dan
tim-tim Perserikatan di Indonesia kemudian dilebur menjadi Liga
Indonesia (LI). Pada laga kompetisi LI pertama tahun 1994/1995, Persib
kembali menorehkan catatan sebagai juara setelah dalam pertandingan
final mengalahkan Petrokimia Putra Gresik dimana gol tunggal pada
pertandingan tersebut dicetak oleh Sutiono. Persib juga merupakan salah
satu klub Indonesia yang berhasil mencapai babak perempat final Liga
Champions Asia.
Nasional
Liga
Perserikatan
Juara (5): 1937, 1961, 1986, 1990, 1994
Runner-up (8) : 1933, 1934, 1936, 1950, 1959, 1960, 1982/1983, 1984/1985
Divisi Utama
Juara (1): 1994–95
Piala
Piala Persija
Juara (1): 1991
Piala Kang Dada
Juara (1): 2008
Piala Celebes
Juara (1): 2012
Internasional
Liga Champions Asia
Perempat Final (1): 1995
Itulah sekilas sejarah persib bandung, semoga bermanfaat dan terima kasih telah berkunjung. Jayalah terus Persib Bandung
Sumber: id.wikipedia.org dan http://jagatpersib.blogspot.com
No comments:
Post a Comment