Ini pertama kalinya saya mengepost semoga bermanfaat, maaf bila kurang menarik...
Menikmati Panorama Telaga Sarangan Di Lereng Gunung Lawu
Telaga Sarangan terletak
di perbatasan antara Jawa Timur dengan Jawa Tengah tepatnya di bagian
barat Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Telaga Sarangan terletak di lereng
Gunung Lawu (3.265 m) yang memiliki alam pegunungan yang indah. Anda
bisa menjadikan Telaga Sarangan sebagai salah satu
alternatif liburan Anda kali ini. Ada banyak wisata alam menarik yang
dapat dinikmati di sini. Telaga ini dan lingkungan sekitarnya menawarkan
pemandangan alam yang indah dan memukau untuk Anda.
Pemandangan
Telaga Sarangan akan memanjakan mata, karena Anda dapat melihat telaga
yang luas dan pegunungan hijau Sidoramping di sekitar Gunung Lawu yang
menjulang tinggi. Ditambah lagi dengan air telaga yang tenang dan
menjadi cermin dari pegunungan dan gunung di sekelilingnya. Memandangi
deretan pegunungan dan gunung di sini juga membuat perasaan lebih tenang
dan damai ditambah dengan udara sejuk pegunungan dengan suhu sekitar
18-23 derajat Celcius. Udara sejuk pegunungan bisa Anda nikmati karena
Telaga Sarangan terletak pada ketinggian sekitar 1000 meter dari
permukaan laut.
Dekat
dengan Telaga Sarangan, ada pintu masuk menuju air terjun. Ada tiga buah
air terjun yang dapat Anda kunjungi di sini yaitu air terjun Watu Ondo, Pundak Kiwo, dan Jarakan.
Di dekat pintu masuk salah satu air terjun ini, ada bekas pesawat yang
dijadikan monumen mengingat Kabupaten Sarangan bertetangga dengan Kota
Madiun yang adalah Pangkalan Utama AURI.
Jalan
menuju air terjun tidak sulit, bahkan setengah perjalanan bisa dilakukan
dengan mobil. Perjalanan menuju air terjun akan menjadi perjalanan yang
menyenangkan. Anda akan melewati lereng gunung yang digunakan untuk
perkebunan. Anda dapat melihat berbagai tanaman sayuran yang mungkin
jarang ditemui di kota. Anda juga dapat mencelupkan kaki Anda ke dalam
air bening yang dingin dan segar yang digunakan untuk pengairan
perkebunan. Hal ini dapat menjadi sarana pembelajaran yang menarik untuk
anak Anda.
Setelah
puas berkeliling, Anda dapat memesan sate kelinci dan lontong yang
banyak ditawarkan di sekeliling telaga ini. Sate yang jarang ditemui di
daerah lain ini layak Anda coba, karena dengan daging yang lembut dan
empuk dapat membuat Anda ketagihan.
Disebut sebagai Telaga Pasir karena menurut legenda yang hingga kini
masih dipercaya oleh masyarakat sekitar bahwa awal mula terbentuknya
telaga tersebut berasal dari cerita sepasang suami istri yang bernama
Kyai dan Nyai Pasir. Bertahun-tahun mereka hidup berdampingan sebagai
suami istri tetapi belum dikaruniai seorang anak. Lalu Kyai dan Nyai
Pasir bersemedi memohon kepada Sang Hyang Widhi agar dikaruniai anak.
Akhirnya mereka pun medapat seorang anak lelaki yang diberi nama Joko
Lelung. Untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari mereka bercocok
tanam dan berburu. Karena pekerjaan yang dirasa berat maka Kyai dan Nyai
Pasir bersemedi memohon kesehatan dan umur panjang kepada Sang Hyang
Widhi. Dalam semedinya, pasangan suami istri tersebut mendapat wangsit
bahwa keinginannya akan terwujud jika ia dapat menemukan dan memakan
telur yang ada di dekat ladangnya. Akhirnya Nyai Pasir menemukan telur
tersebut lalu membawanya pulang dan memasaknya. Telur kemudian dibagi
menjadi dua, satu di makan oleh Kyai Pasir dan yang satunya dimakan oleh
Nyai Pasir. Setelah memakan telur tersebut Kyai Pasir pergi ke ladang
dan Kyai pasir merasa panas dan gatal di seluruh tubuhnya. Kyai Pasir
terus menggaruk tubuhnya yang terasa gatal hingga menimbulkan luka lecet
di seluruh tubuh. Akhirnya tubuh Kyai Pasir berubah menjadi ular naga
yang sangat besar, begitu juga yang terjadi dengan Nyai Pasir. Keduanya
lalu berubah menjadi ular naga yang sangat besar dan kedua ular naga
tersebut berguling-guling di pasir sehingga menimbulkan cekungan yang
semakin lama semakin besar dan dalam. Dari dalam cekungan keluar air
yang sangat deras dan menggenangi cekungan tadi. Menyadari kemampuan
yang dimilikinya, Kyai Pasir dan Nyai Pasir berniat untuk membuat
cekungan sebanyak-banyaknya untuk menenggelamkan Gunung Lawu.
Mengetahui kedua orang tuanya berubah menjadi naga besar dan memiliki
niat buruk, maka Joko Lelung bersemedi agar niat tersebut dapat
diurungkan dan semedi Joko Lelung pun diterima oleh Hyang Widhi. Saat
kedua orang tuanya sedang berguling-guling membuat cekungan baru, timbul
wahyu kesadaran agar Kyai dan Nyai pasir mengurungkan niat
menenggelamkan Gunung Lawu.
Begitulah asal mula Telaga Pasir atau Telaga Sarangan yang sampai
kini masih diyakini oleh penduduk setempat. Bahkan setiap menjelang
bulan Ruwah (bulan puasa) selalu diadakan upacara bersih desa dan labuh
sesaji dengan memberikan hasil desa untuk tolak bala dan memperingati
terbentuknya Telaga Pasir. Upacara ini juga bertujuan untuk memberikan
penghormatan kepada roh leluhur yang merupakan cikal bakal Desa Sarangan
yaitu Kyai Pasir.
Di
Telaga Sarangan juga banyak yang menjual pernak-pernik aksesoris, baju
dll. jika anda sudah puas bermain speedboat dan berbelanja. Anda bisa
beristirahat sambil makan sate kelinci yang ada di sekitar telaga.
cukup sekian terimakasih....
No comments:
Post a Comment