Terjemahan/Translator

Wednesday, May 1, 2013

Telaga Sarangan Di Lereng Gunung Lawu


 Ini pertama kalinya saya mengepost semoga bermanfaat, maaf bila kurang menarik...

Menikmati Panorama Telaga Sarangan Di Lereng Gunung Lawu

Menikmati Panorama Telaga Sarangan Di Lereng Gunung Lawu, wisata jatim, gunung lawu, magetan, telaga sarangan, sate kelinci di telaga sarangan 
Telaga Sarangan terletak di perbatasan antara Jawa Timur dengan Jawa Tengah tepatnya di bagian barat Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Telaga Sarangan terletak di lereng Gunung Lawu (3.265 m) yang memiliki alam pegunungan yang indah. Anda bisa menjadikan Telaga Sarangan sebagai salah satu alternatif liburan Anda kali ini. Ada banyak wisata alam menarik yang dapat dinikmati di sini. Telaga ini dan lingkungan sekitarnya menawarkan pemandangan alam yang indah dan memukau untuk Anda.
Pemandangan Telaga Sarangan akan memanjakan mata, karena Anda dapat melihat telaga yang luas dan pegunungan hijau Sidoramping di sekitar Gunung Lawu yang menjulang tinggi. Ditambah lagi dengan air telaga yang tenang dan menjadi cermin dari pegunungan dan gunung di sekelilingnya. Memandangi deretan pegunungan dan gunung di sini juga membuat perasaan lebih tenang dan damai ditambah dengan udara sejuk pegunungan dengan suhu sekitar 18-23 derajat Celcius. Udara sejuk pegunungan bisa Anda nikmati karena Telaga Sarangan terletak pada ketinggian sekitar 1000 meter dari permukaan laut.
Menikmati Panorama Telaga Sarangan Di Lereng Gunung Lawu, wisata jatim, gunung lawu, magetan, telaga sarangan, sate kelinci di telaga sarangan

Dekat dengan Telaga Sarangan, ada pintu masuk menuju air terjun. Ada tiga buah air terjun yang dapat Anda kunjungi di sini yaitu air terjun Watu OndoPundak Kiwo, dan Jarakan. Di dekat pintu masuk salah satu air terjun ini, ada bekas pesawat yang dijadikan monumen mengingat Kabupaten Sarangan bertetangga dengan Kota Madiun yang adalah Pangkalan Utama AURI.
Jalan menuju air terjun tidak sulit, bahkan setengah perjalanan bisa dilakukan dengan mobil. Perjalanan menuju air terjun akan menjadi perjalanan yang menyenangkan. Anda akan melewati lereng gunung yang digunakan untuk perkebunan. Anda dapat melihat berbagai tanaman sayuran yang mungkin jarang ditemui di kota. Anda juga dapat mencelupkan kaki Anda ke dalam air bening yang dingin dan segar yang digunakan untuk pengairan perkebunan. Hal ini dapat menjadi sarana pembelajaran yang menarik untuk anak Anda.
Setelah puas berkeliling, Anda dapat memesan sate kelinci dan lontong yang banyak ditawarkan di sekeliling telaga ini. Sate yang jarang ditemui di daerah lain ini layak Anda coba, karena dengan daging yang lembut dan empuk dapat membuat Anda ketagihan.

Disebut sebagai Telaga Pasir karena menurut legenda yang hingga kini masih dipercaya oleh masyarakat sekitar bahwa awal mula terbentuknya telaga tersebut berasal dari cerita sepasang suami istri yang bernama Kyai dan Nyai Pasir. Bertahun-tahun mereka hidup berdampingan sebagai suami istri tetapi belum dikaruniai seorang anak. Lalu Kyai dan Nyai Pasir bersemedi memohon kepada Sang Hyang Widhi agar dikaruniai anak.
Akhirnya mereka pun medapat seorang anak lelaki yang diberi nama Joko Lelung. Untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari mereka bercocok tanam dan berburu. Karena pekerjaan yang dirasa berat maka Kyai dan Nyai Pasir bersemedi memohon kesehatan dan umur panjang kepada Sang Hyang Widhi. Dalam semedinya, pasangan suami istri tersebut mendapat wangsit bahwa keinginannya akan terwujud jika ia dapat menemukan dan memakan telur yang ada di dekat ladangnya. Akhirnya Nyai Pasir menemukan telur tersebut lalu membawanya pulang dan memasaknya. Telur kemudian dibagi menjadi dua, satu di makan oleh Kyai Pasir dan yang satunya dimakan oleh Nyai Pasir. Setelah memakan telur tersebut Kyai Pasir pergi ke ladang dan Kyai pasir merasa panas dan gatal di seluruh tubuhnya. Kyai Pasir terus menggaruk tubuhnya yang terasa gatal hingga menimbulkan luka lecet di seluruh tubuh. Akhirnya tubuh Kyai Pasir berubah menjadi ular naga yang sangat besar, begitu juga yang terjadi dengan Nyai Pasir. Keduanya lalu berubah menjadi ular naga yang sangat besar dan kedua ular naga tersebut berguling-guling di pasir sehingga menimbulkan cekungan yang semakin lama semakin besar dan dalam. Dari dalam cekungan keluar air yang sangat deras dan menggenangi cekungan tadi. Menyadari kemampuan yang dimilikinya, Kyai Pasir dan Nyai Pasir berniat untuk membuat cekungan sebanyak-banyaknya untuk menenggelamkan Gunung Lawu.
Mengetahui kedua orang tuanya berubah menjadi naga besar dan memiliki niat buruk, maka Joko Lelung bersemedi agar niat tersebut dapat diurungkan dan semedi Joko Lelung pun diterima oleh Hyang Widhi. Saat kedua orang tuanya sedang berguling-guling membuat cekungan baru, timbul wahyu kesadaran agar Kyai dan Nyai pasir mengurungkan niat menenggelamkan Gunung Lawu.
Begitulah asal mula Telaga Pasir atau Telaga Sarangan yang sampai kini masih diyakini oleh penduduk setempat. Bahkan setiap menjelang bulan Ruwah (bulan puasa) selalu diadakan upacara bersih desa dan labuh sesaji dengan memberikan hasil desa untuk tolak bala dan memperingati terbentuknya Telaga Pasir. Upacara ini juga bertujuan untuk memberikan penghormatan kepada roh leluhur yang merupakan cikal bakal Desa Sarangan yaitu Kyai Pasir.
Di Telaga Sarangan juga banyak yang menjual pernak-pernik aksesoris, baju dll. jika anda sudah puas bermain speedboat dan berbelanja. Anda bisa beristirahat sambil makan sate kelinci yang ada di sekitar telaga.

cukup sekian terimakasih....

No comments:

Post a Comment